Dinsdag 02 April 2013

Upaya Mengatasi Inflasi di Indonesia




 
Upaya Mengatasi Inflasi di Indonesia
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro
Dosen Pengampu : S.L Triyaningsih, SE.MM




 Janis Arifiantika (11210030)
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI
SURAKARTA
2011/ 2012




 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan ekonomi makro yang timbul di Indonesia adalah masalah Inflasi. Inflasi bukan hanya terjdi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara-negara maju maupun berkembang.
Masalah Inflasi dipilih karena pernah terjadi di Indonesia. Untuk mengetahui tinggi rendahnya Inflasi maka digunakan indeks harga. Menurut Indikator Ekonomi, BPS, Mei, tahun 1989, laju Inflasi di 17 kota di Indonesia yaitu pada tahun 1988 terlihat bahwa Inflasi tertinggi terjadi di kota Ambon. Dibanding Negara-negara lain di dunia, Indonesia tidak terlalu buruk. Untuk Negara-negara berkembang di Asia menunjukkan laju Inflasi di Indonesia paling baik, sementara dibandingkan Negara-negara Asean keadaan Inflasi Indonesia paling jelek.
Inflasi di Indonesia perlu diperbaiki untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat Indonesia. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi Inflasi yaitu dengan menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
Dengan adanya masalah Inflasi yang di bahas dalam program studi Akuntansi, penulis berharap dapat mendalami mata kuliah Ekonomi Makro sekaligus dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang masalah-masalah Inflasi yang pernah terjadi di Indonesia.
Masalah Inflasi pernah dibahas dalam beberapa referensi yang ada. Namun penulis ingin membahas lebih dalam mengenai masalah Inflasi yang pernah terjadi di Indonesia melalui beberapa buku referensi yang ada.


1
 
 
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Mengapa Inflasi terjadi di Indonesia?
2.      Mengapa pemerintah menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar dalam mengatasi masalah Inflasi?
3.      Mengapa pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar dalam mengatasi masalah Inflasi?
4.      Bagaimana cara pemerintah dalam menerapkan penaggulangan Inflasi?
C.     Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mendeskripsikan penyebab Inflasi yang pernah terjadi di Indonsia.
2.      Mendeskripsikan alasan pemerintah menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar dalam mengatasi masalah Inflasi.
3.      Mendeskripsikan alasan pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar dalam mengatasi masalah Inflasi.
4.      Mendeskripsikan  cara pemerintah dalam menerapkan penaggulangan Inflasi.










 
BAB II
Kajian teori dan PEMBAHASAN

A.    Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Bukan hanya satu atau dua barang saja yang naik, melainkan harga dari sebagian besar barang dan jasa, kenaikan bukan hanya satu kali saja tetapi secara terus menerus. Kenaikan harga-harga seperti pada saat musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali bukan termasuk inflasi. Kenaika harga seperti ini tidak dianggap masalah dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk menanggulinya. (Boediono, 1998:155; M. Suparmoko 1991:187)
Tetapi ada suatu keadaan dimana adanya kenaikan harga yang tidak dicacat oleh Biro Statistic, hal ini terjadi karena adanya harga-harga bebas atau tidak resmi yang harganya lebih tinggi dari harga-harga resmi yang ditetapkan oleh pemerintah. Keadaan seperti ini disebut suppressed inflation atau inflasi yang ditutupi, yang pada suatu saat akan terbukti karena ada harga-harga resmi yang tidak sesuai dengan kenyataan. (Boediono, 1998:155)
B.     Macam-macam Inflasi
1.      Berdasarkan laju Inflasi
a.         Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)
b.        Infasi sedang (antara 10-30% per tahun)
c.         Inflasi berat   (antara 30-100% per tahun)
d.        Hiperinflasi    (diatas 100% per tahun)
Pembedaan inflasi atas parah atau tidaknya berguna untuk mengetahui dampak dari inflasi yang bersangkutan. Apabila inflasi ringan justru mempunyai dampak positif, dalam arti dapat mendorong perekonomian untuk berkembang lebih baik yaitu:
a.         Meningkatkan pendapatan nasional.
b.       
3
 
Membuat orang menjadi semangat dalam bekerja.
c.         Ada insentif untuk bekerja.
d.        Menabung.
e.         Mengadakan investasi.
Tetapi sebaliknya apabila terjadi hiperinflasi, keadaan perekonomian menjadi kacau balau. Orang menjadi tidak bersemangat dalam bekerja, menabung, mengadakan investasi, maupun produksi. Hal ini disebabkan harga meningkat sangat cepat, sedangkan para penerima pendapatan tetap. Para penerima pendapatan seperti pegawai negeri dan swasta akan kewalahan dalam mengimbangi kenaikan barang dan jasa, sehingga taraf hidup menjadi merosot. (M. Suparmoko, 1991:188-189)
Demikian pula para pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Pada saat barang akan siap untuk dijual, harga jual tersebut tidak dapat menutup biaya. Sehingga para pemilik modal berspekulasi dengan membeli barang, kemudian menyimpannya, dan menjualnya pada saat harga barang sudah lebih tinggi. Orang juga semakin enggan menabung dan digantikan dengan Hoarding. Hoarding yaitu menyimpan dalam bentuk barang bukan uang. Hal ini sama yang dilakukan oleh para investor, yaitu membeli, menyimpan, dan kemudian menjualnya pada saat harga barang itu sudah naik. Para investor yang melakukan hal tersebut  tidak akan rugi dengan adanya inflasi. (M. Suparmoko, 1991:189)
2.      Berdasarkan Penyebabnya
a.       Inflsi Tarikan Permintaan (Demand Full Inflation)
Inflasi tarikan permintaan adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya tarikan permintaan terhadap barang dan jasa. Biasanya inflasi ini timbul karena adanya pembelanjaan defisit atau anggaran belanja pemerintah yang defisit (Defisit Financing). Anggaran belanja yang defisit adalah anggaran belanja dimana pendapatan Negara lebih kecil daripada belanja Negara. Untuk menutup defisit pemerintah mencetak uang. Dengan pencetakan uang itu maka akan terjadi inflasi. (M. Suparmoko, 1991:193)
Ada penyabab lain terjadinya inflasi  tarikan permintaan  yaitu apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian atau dengan menarik harga keatas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. (M. Suparmoko, 1991:193)
b.      Inflasi Penawaran/ Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)
Inflasi penawaran atau sering disebut sebagai inflasi dorongan biaya. Inflasi Dorongan Biaya (wage push inflation) adalah inflasi yang ditimbulkan karena desakan kenaikan biaya produksi, terutana kenaikan biaya tenaga kerja atau upah buruh. (M. Suparmoko, 1991: 193)
Apabila kaum buruh bersatu untuk menuntut kenaikan gaji atau upah, dan perusahaan mengabulkannya, maka gaji akan naik. Tetapi perusahaan tidak mau rugi, tentu perusahaan akan mencari sumber dana untuk menutup biaya tenaga kerja yang lebih tinggi. Cara yang baik dan masuk akal adalah dengan menaikkan harga jual. (M. Suparmoko, 1991: 193)
c.       Inflasi Spiral (Spiral Inflation)
Inflasi ini sama dengan Inflasi Penawaran. Dengan adanya kenaikan harga maka para buruh akan merasakaanya dan mereka akan menuntut kenaikan gaji lagi. Apabila permintaan tersebut dikabulkan oleh perusahaan harga akan naik lagi dan begitu seterusnya. Dengan adanya hal tersebut akan terjadi Inflasi Spiral. (M. Suparmoko, 1991: 193)
3.      Berdasarkan asalnya
a.       Inflasi Yang Berasal Dari Dalam Negeri
Hal ini timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan yang baru. (Boediono, 1998:158)

b.      Inflasi Yang Berasal Dari Luar Negeri
Inflasi yang timbul Karena kenaikan harga-harga di luar negeri/ di negara-negara langganan berdagang Negara kita. (Boediono, 1998:158)
Penularan inflasi dari luar ataupun dari dalam mudah terjadi pada Negara-negara yang perekonimiannya terbuka seperti Indonesia, korea, Taiwan, Singapura, Malaysia dsb). Namun seberapa parah inflasi yang ditularkan tergantung pada kebijaksanaan pemerintah yang di ambil. Dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter dan perpajakan tertentu pemerintah dapat mengendalikan kecenderungan inflasi yang berasal dari luar negeri. (Boediono, 1998:158)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri bisa melalui barang yang diimpor maupun diekspor. Kenaikan harga dari luar negeri ke dalam negeri melalui kenaikan harga barang-barang ekspor :
1.        Bila harga barang ekspor naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula sebab barang-barang ini langsung masuk daftar barang-barang yang tercakup dalam indeks harga.
2.        Bila harga barang naik, ongkos produksi akan naik dan kemudian harga jualnya akan naik pula.
3.        Kenaikan harga barang-barang ekspor naik maka penghasilan eksportir akan naik
4.        Kenaikan harga dari luar negeri ke dalam negeri melalui kenaikan harga barang-barang impor
5.        Secara langsung kenaikan indeks biaya hidup karena sebagian dari barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari impor.
6.        Sara tidak angsung menaikkan biaya produksi karena bahan mentah dan mesin yang diimpor.
7.        Secara tidak langsung menimbulkan kenaikan dalam negeri karena kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikan pngeluaran pemeritah/ swasta. (Boediono, 1998:158-159)
C.     Timbulnya Inflasi
Salah satu penyebab timbulnya inflasi adalah pemerintah mencetak uang terlalu banyak. Alasan pemerintah mencetak uang terlalu banyak karena pemerintah membutuhkan uang untuk operasi keamanan, adanya pertarungan politik diantara golongan-golongan politik didalam negeri. Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi, merumuskannya kemudian melaksanakan kebijaksanaan untuk menaggulanginya yaitu dengan mempertimbangkan  beberapa teori :
1.      Teori Kuantitas
Teori kuantitas mengenai inflasi mengatakan bahwa penebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang yang beredar dan “psikologi” masyarakata mengenai harga- harga dimasa mendatang. Tambahan jumlah uang yang beredar sebesar x% bisa menumbuhkan inflasi kurang dari x%, sama dengan x% atau lebih besar dari x%, tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi, akan naik tidak lebih buruk daripada sekarang atau masa-masa lampau, atau akan naik lebih cepat dari sekarang atau masa-masa lampau. (Boediono, 1998:169)
2.      Teori Keynes
Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup  diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia. Selama infantionary gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi berkelanjutan. Teori ini menarik karena menyoroti peranan system distribusi pendapatan dalam proses inflasi dan menyarankan hubungan antara inflasi dan factor-faktor non-ekonomis. (Boediono, 1998:159)
3.      Teori Strukturalis
Teori strukturalis adalah tori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekuatan struktur ekonomi, khususnya kebutuhan bahan makanan dan barang ekspor. Karena sebab-sebab structural pertambahan produksi barang-barang ini terlau lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya, adalah kenaikan harga-harga lain, sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak dapat teratasi hanya dengan cara yang biasa , tetapi harus dengan pembangunan sektor bahan makanan dan ekspor. (Boediono, 1998:159)
D.    Dampak Inflasi
1.      Dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan
Distribusional utama dari inflasi berasal dari perbedaan bentuk aktiva dan kewajiban yang dimiliki oleh masyarakat. Pada saat terjadi inflasi maka suku bunga bank akan ikut naik dan hal ini akan berdamapak pada pendapatan bunga masyarakat. Hal ini akan merugikan bank karena nilai uang waktu sebelum inflasi dan setelah inflasi akan berbeda. Hal ini harus diantisipasi oleh bank sebelum terjad inflasi dan segera melakukan penyesuaian yaitu dengan memperkirakan. Misalnya suku bunga 3%, apabila diperkirakan harga-harga meningkat 9% per tahun maka suku bunga akan menjadi 12%. (Samuelson, Paul A, dan William D. Dord Baus, 1995: 314-315)
2.      Pengaruh pada output dan efisiensi ekonomi
a.       Dampak Pada Perekonomian Secara Makro
Pengaruh pertama adalah terhadap tingkat output keseluruhan. Inflasi yang tinggi biasanya berjalan seiring dengan kesempatan kerja output yang tinggi pula. Peningkatan inflasi muncul  pada saat terjadi investasi yang sangat cepat, dan pekerjaan berlimpah. Inflasi dapat berhubungan dengan output dan kesempatan kerja yang tinggi ataupun yang rendah. (Samuelson, Paul A, dan William D. Dord Baus, 1995: 315)
b.      Dampak Pada Perekonomian Secara Mikro
Dampak secara mikro yaitu terhadap efisiensi ekonomi. Semakin tinggi laju inflasi, semakin tingg pula distorsi terhadap harga-harga relative. Distorsi terjadi pada saat harga-harga keluar dari garis relative terhadap biaya dan pemintaan. (Samuelson, Paul A, dan William D. Dord Baus, 1995: 315-316)
E.     Cara Penaggulangan Inflasi
1.      Menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar
Dengan pendekatan gradual kebijakan yang ditempuh adalah dengan sedikit pengurangan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar. Tindakan ini akan mengurangi laju peningkatan harga, tetapi juga akan menambah tingkat pengangguran. (M. Suparmoko, 1991: 199)
2.      Mengurangi jumlah uang yang beredar
Cara penaggulangan inflasi yang kedua yaitu dengan pendekatan secara drastic dengan mengurangi jumlah uang yang beredar. Pengambil kebijakan berusaha menghilangkan inflasi secara cepat. Dengan mengurangi jumlah uang yang beredar akan menciptakan suatu resesi yang hebat dan inflasi akan menurun sedikit saja. Hal ini terjadi karena penurunan kesempatan kerja yang drastic yang membarengi turunnya laju inflasi, justru akan menyebabkan tingkat upah meningkat. Dengan bertambahnya tingkat pengangguran, maka upah untuk golongan pekerja yang memiliki keahlian khusus akan semakin tinggi harganya. (M. Suparmoko, 1991: 199)
Pedekatan ini akan mendorong turunnya tingkat inflasi sehinga jumlah produksi nasional dan tingkat kesempatan tingkat kerja menjadi pulih pada tingkat kesempatan kerja penuh. (M. Suparmoko, 1991: 199)
3.      Kebijakan penghasilan (income policy)
Kebijakan penghasilan adalah kebijakan yang mencoba megurangi kenaikan tingkat upah secara epat. Penekanan tingkat upah secara cepat baik dengan perundang-undangan atau dengan himbauan (persuasion). Misalnya pemerintah dapat mengadakan pengawasan upah dan pengawasan harga (wage and price control), atau pemerintah dapat menghimbau para pimpinan organisasi buruh tersebut. Hanya saja ada bahayanya, apabila kebijakan itu dilaksanakan terlalu lama, sehingga akan terjadi suatu alokasi yang salah dari factor-fktor produksi. (M. Suparmoko, 1991: 200)
4.      Kebijakan Insenif Perpajakan (Tax Incentive Plan)
Pemerintah akan mengenakan pajak tambahan terhadap perusahaan-perusahaan yang menaikkan tingkat upah, dan justru mengurangi pajak terhadap perusahaan yang tidak melakukan kenaikan tingkat upah. Cara ini dapat diterima oleh Negara-negara maju, tetapi untuk Negara berkembang belum bisa melakukannya. Hal ini disebabkan tingkat upah di negara-negara berkembang  masih sangat rendah dan sangat tertinggal dengan kenaikan harga barang. (M. Suparmoko, 1991: 200)
Untuk berhasilnya kebijakan penghasilan dan insentif perpajakan guna menaggulangi inflasi, sebaiknya harus ditempuh pula dengan kebijakan yamg menekan permintaan agregat. Sebagai contoh pada tahun 1968 telah ditempuh kebijakan pengehamatan melalui anggaran belanja pemerintah, hanya pengeluaran-pengeluaran yang perlu saja yang boleh dilaksanakan. Dengan cara ini kebutuhan uang tunai untuk transaksi akan berkurang dan akan membantu menekan kenaikan harga pada umumnya. (M. Suparmoko,1991: 200)






 
BAB III
PENUTUP
                                                                                                 
A.    Kesimpulan
Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Bukan hanya satu atau dua barang saja yang naik, melainkan harga dari sebagian besar barang dan jasa, kenaikan bukan hanya satu kali saja tetapi secara terus menerus.
Inflasi dibagi menjadi beberapa macam yaitu berdasarkan laju Inflasi (inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat, dan hiperinflasi), berdasarkan penyebabnya (inflasi permintaan dan inflasi penawaran), berdasarkan asalnya (inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri).
Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi, merumuskan inflasi kemudian melaksanakan kebijaksanaan untuk menaggulangi inflasi yaitu dengan mempertimbangkan  beberapa teori yaitu teori kuantitas, teori keynes, teori strukturalis.
Inflasi berdampak pada perekonomian. Dampak yang pertama, yaitu dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan. Dampak yang kedua yaitu pengaruh pada output dan efisiensi ekonomi, meliputi dampak perekonomian secara makro maupun dampak pada perekonomian secara mikro.
Untuk menanggulangi inflasi ada beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pemerintah yaitu dengan menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar, mengurangi jumlah uang yang beredar, kebijakan penghasilan (income policy), dan kebijakan insenif perpajakan (tax incentive plan).


11
 
 
B.    
12
 
Text Box: . Saran
Inflasi yang paling mungkin terjadi di Indonesia adalah inflasi yang berasal dari luar negeri. Hal ini  disebabkan Indonesia banyak mengimpor barang dan jasa dari luar negeri. Dalam menangani laju inflasi pemerintah seharusnya menetapkan kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneterDengan begitu laju pertumbuhan inflasi di Indonesia dapat dikendalikan.























 
DAFTAR PUSTAKA
Boediono, 1998,  Ekonomi Makro,  BPFE, Yogyakarta.
M. Suparmoko, 1991,  Pengantar Ekonomi Makro,  BPFE, Yogyakarta.
Samuelson, Paul A, dan William D. Dord Baus, 1995, Makro Ekonomi, Erlangga, Jakarta.


i
 
 




                                                                                                                                

2 opmerkings:

  1. Salah satu cara untuk mengurangi pajak bagi perusahaan yang bergerak di bidang ekpor-import adalah dengan mendirikan perusahaan offshore di negara Tax Haven (Cayman, BVI, Belize, Seychelles, Brunei). Hal ini akan mengurangi pajak yang harus anda bayarkan karena tidak semua profit dibawa kembali ke Indonesia, namun sebagian disimpan di offshore account perusahaan offshore anda.
    Untuk Informasi lebih lengkap dan konsultasi gratis kunjungi.

    www.jakartaoffshore.blogspot.com

    AntwoordVee uit
  2. Best Hotel Casinos & Resorts in San Francisco
    The Casino · 하남 출장안마 Harrah's Cherokee Valley 창원 출장안마 River 춘천 출장안마 Casino · 동두천 출장샵 Harrah's Cherokee Valley River Casino & Hotel · 충청남도 출장마사지 Harrah's Cherokee Valley River Casino & Hotel · Caesars

    AntwoordVee uit