|
Untuk Memenuhi
Tugas Mata
Kuliah Ekonomi Makro
Dosen Pengampu
: S.L Triyaningsih, SE.MM
Janis Arifiantika
(11210030)
JURUSAN
AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SLAMET
RIYADI
SURAKARTA
2011/ 2012
|
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Salah satu permasalahan ekonomi makro yang timbul di
Indonesia adalah masalah Inflasi. Inflasi bukan hanya terjdi di Indonesia
tetapi juga terjadi di negara-negara maju maupun berkembang.
Masalah Inflasi dipilih karena pernah terjadi di
Indonesia. Untuk mengetahui tinggi rendahnya Inflasi maka digunakan indeks
harga. Menurut Indikator Ekonomi, BPS, Mei, tahun 1989, laju Inflasi di 17 kota
di Indonesia yaitu pada tahun 1988 terlihat bahwa Inflasi tertinggi terjadi di
kota Ambon. Dibanding Negara-negara lain di dunia, Indonesia tidak terlalu
buruk. Untuk Negara-negara berkembang di Asia menunjukkan laju Inflasi di
Indonesia paling baik, sementara dibandingkan Negara-negara Asean keadaan
Inflasi Indonesia paling jelek.
Inflasi di Indonesia perlu diperbaiki untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakat Indonesia. Hal-hal yang perlu dilakukan
untuk mengatasi Inflasi yaitu dengan menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang
beredar atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
Dengan adanya masalah Inflasi yang di bahas dalam
program studi Akuntansi, penulis berharap dapat mendalami mata kuliah Ekonomi
Makro sekaligus dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang
masalah-masalah Inflasi yang pernah terjadi di Indonesia.
Masalah Inflasi pernah dibahas dalam beberapa
referensi yang ada. Namun penulis ingin membahas lebih dalam mengenai masalah
Inflasi yang pernah terjadi di Indonesia melalui beberapa buku referensi yang
ada.
|
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Mengapa
Inflasi terjadi di Indonesia?
2. Mengapa
pemerintah menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar dalam mengatasi
masalah Inflasi?
3. Mengapa
pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar dalam mengatasi masalah Inflasi?
4.
Bagaimana cara pemerintah dalam
menerapkan penaggulangan Inflasi?
C. Tujuan
Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan
penyebab Inflasi yang pernah terjadi di Indonsia.
2. Mendeskripsikan
alasan pemerintah menekan laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar dalam
mengatasi masalah Inflasi.
3. Mendeskripsikan
alasan pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar dalam mengatasi masalah
Inflasi.
4. Mendeskripsikan cara pemerintah dalam menerapkan
penaggulangan Inflasi.
|
Kajian
teori dan PEMBAHASAN
A.
Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga
untuk naik secara umum dan terus menerus. Bukan hanya satu atau dua barang saja
yang naik, melainkan harga dari sebagian besar barang dan jasa, kenaikan bukan
hanya satu kali saja tetapi secara terus menerus. Kenaikan harga-harga seperti
pada saat musiman, menjelang hari-hari besar atau yang terjadi sekali bukan
termasuk inflasi. Kenaika harga seperti ini tidak dianggap masalah dan tidak
memerlukan kebijaksanaan khusus untuk menanggulinya. (Boediono, 1998:155; M. Suparmoko
1991:187)
Tetapi ada suatu keadaan dimana adanya kenaikan harga
yang tidak dicacat oleh Biro Statistic, hal ini terjadi karena adanya
harga-harga bebas atau tidak resmi yang harganya lebih tinggi dari harga-harga
resmi yang ditetapkan oleh pemerintah. Keadaan seperti ini disebut suppressed inflation atau inflasi yang
ditutupi, yang pada suatu saat akan terbukti karena ada harga-harga resmi yang
tidak sesuai dengan kenyataan.
(Boediono, 1998:155)
B. Macam-macam
Inflasi
1. Berdasarkan
laju Inflasi
a.
Inflasi ringan (kurang dari 10% per
tahun)
b.
Infasi sedang (antara 10-30% per tahun)
c.
Inflasi berat (antara 30-100% per tahun)
d.
Hiperinflasi (diatas 100% per tahun)
Pembedaan
inflasi atas parah atau tidaknya berguna untuk
mengetahui dampak dari inflasi yang bersangkutan. Apabila inflasi ringan justru
mempunyai dampak positif, dalam arti dapat mendorong perekonomian untuk
berkembang lebih baik yaitu:
a.
Meningkatkan pendapatan nasional.
b.
|
c.
Ada insentif untuk bekerja.
d.
Menabung.
e.
Mengadakan investasi.
Tetapi
sebaliknya apabila terjadi hiperinflasi, keadaan perekonomian menjadi kacau
balau. Orang menjadi tidak bersemangat dalam bekerja, menabung, mengadakan
investasi, maupun produksi. Hal ini disebabkan harga meningkat sangat cepat,
sedangkan para penerima pendapatan tetap. Para penerima pendapatan seperti
pegawai negeri dan swasta akan kewalahan dalam mengimbangi kenaikan barang dan
jasa, sehingga taraf hidup menjadi merosot. (M. Suparmoko, 1991:188-189)
Demikian
pula para pengusaha yang menghasilkan barang dan jasa. Pada saat barang akan
siap untuk dijual, harga jual tersebut tidak dapat menutup biaya. Sehingga para
pemilik modal berspekulasi dengan membeli barang, kemudian menyimpannya, dan
menjualnya pada saat harga barang sudah lebih tinggi. Orang juga semakin enggan
menabung dan digantikan dengan Hoarding.
Hoarding yaitu menyimpan dalam bentuk barang bukan uang. Hal ini sama yang
dilakukan oleh para investor, yaitu membeli, menyimpan, dan kemudian menjualnya
pada saat harga barang itu sudah naik. Para investor yang melakukan hal
tersebut tidak akan rugi dengan adanya
inflasi. (M. Suparmoko,
1991:189)
2. Berdasarkan
Penyebabnya
a. Inflsi
Tarikan Permintaan (Demand Full
Inflation)
Inflasi tarikan
permintaan adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya tarikan permintaan
terhadap barang dan jasa. Biasanya inflasi ini timbul karena adanya
pembelanjaan defisit atau anggaran belanja pemerintah yang defisit (Defisit Financing). Anggaran belanja
yang defisit adalah anggaran belanja dimana pendapatan Negara lebih kecil
daripada belanja Negara. Untuk menutup defisit pemerintah mencetak uang. Dengan
pencetakan uang itu maka akan terjadi inflasi. (M. Suparmoko, 1991:193)
Ada penyabab lain terjadinya
inflasi tarikan permintaan yaitu apabila permintaan agregat meningkat
lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian atau dengan
menarik harga keatas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. (M. Suparmoko, 1991:193)
b. Inflasi
Penawaran/ Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)
Inflasi
penawaran atau sering disebut sebagai inflasi dorongan biaya. Inflasi Dorongan
Biaya (wage push inflation) adalah
inflasi yang ditimbulkan karena desakan kenaikan biaya produksi, terutana
kenaikan biaya tenaga kerja atau upah buruh. (M. Suparmoko, 1991: 193)
Apabila
kaum buruh bersatu untuk menuntut kenaikan gaji atau upah, dan perusahaan
mengabulkannya, maka gaji akan naik. Tetapi perusahaan tidak mau rugi, tentu
perusahaan akan mencari sumber dana untuk menutup biaya tenaga kerja yang lebih
tinggi. Cara yang baik dan masuk akal adalah dengan menaikkan harga jual. (M. Suparmoko, 1991: 193)
c. Inflasi
Spiral (Spiral Inflation)
Inflasi
ini sama dengan Inflasi Penawaran. Dengan adanya kenaikan harga maka para buruh
akan merasakaanya dan mereka akan menuntut kenaikan gaji lagi. Apabila
permintaan tersebut dikabulkan oleh perusahaan harga akan naik lagi dan begitu
seterusnya. Dengan adanya hal tersebut akan terjadi Inflasi Spiral. (M. Suparmoko, 1991: 193)
3. Berdasarkan
asalnya
a. Inflasi
Yang Berasal Dari Dalam Negeri
Hal
ini timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan yang
baru. (Boediono, 1998:158)
b. Inflasi
Yang Berasal Dari Luar Negeri
Inflasi
yang timbul Karena kenaikan harga-harga di luar negeri/ di negara-negara
langganan berdagang Negara kita.
(Boediono, 1998:158)
Penularan
inflasi dari luar ataupun dari dalam mudah terjadi pada Negara-negara yang
perekonimiannya terbuka seperti Indonesia, korea, Taiwan, Singapura, Malaysia
dsb). Namun seberapa parah inflasi yang ditularkan tergantung pada kebijaksanaan
pemerintah yang di ambil. Dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter dan
perpajakan tertentu pemerintah dapat mengendalikan kecenderungan inflasi yang
berasal dari luar negeri. (Boediono,
1998:158)
Inflasi
yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri bisa melalui barang yang
diimpor maupun diekspor. Kenaikan harga dari luar negeri ke dalam negeri
melalui kenaikan harga barang-barang ekspor :
1.
Bila harga barang ekspor naik, maka
indeks biaya hidup akan naik pula sebab barang-barang ini langsung masuk daftar
barang-barang yang tercakup dalam indeks harga.
2.
Bila harga barang naik, ongkos produksi
akan naik dan kemudian harga jualnya akan naik pula.
3.
Kenaikan harga barang-barang ekspor naik
maka penghasilan eksportir akan naik
4.
Kenaikan harga dari luar negeri ke dalam
negeri melalui kenaikan harga barang-barang impor
5.
Secara langsung kenaikan indeks biaya
hidup karena sebagian dari barang-barang yang tercakup didalamnya berasal dari
impor.
6.
Sara tidak angsung menaikkan biaya
produksi karena bahan mentah dan mesin yang diimpor.
7.
Secara tidak langsung menimbulkan
kenaikan dalam negeri karena kenaikan harga barang-barang impor mengakibatkan
kenaikan pngeluaran pemeritah/ swasta. (Boediono, 1998:158-159)
C. Timbulnya
Inflasi
Salah satu penyebab timbulnya inflasi adalah
pemerintah mencetak uang terlalu banyak. Alasan pemerintah mencetak uang
terlalu banyak karena pemerintah membutuhkan uang untuk operasi keamanan,
adanya pertarungan politik diantara golongan-golongan politik didalam negeri.
Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi, merumuskannya kemudian
melaksanakan kebijaksanaan untuk menaggulanginya yaitu dengan mempertimbangkan beberapa teori :
1. Teori
Kuantitas
Teori
kuantitas mengenai inflasi mengatakan bahwa penebab utama dari inflasi adalah
pertambahan jumlah uang yang beredar dan “psikologi” masyarakata mengenai
harga- harga dimasa mendatang. Tambahan jumlah uang yang beredar sebesar x%
bisa menumbuhkan inflasi kurang dari x%, sama dengan x% atau lebih besar dari
x%, tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi,
akan naik tidak lebih buruk daripada sekarang atau masa-masa lampau, atau akan naik
lebih cepat dari sekarang atau masa-masa lampau. (Boediono, 1998:169)
2. Teori
Keynes
Teori
Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori
menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan
permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia.
Selama infantionary gap tetap ada,
selama itu pula proses inflasi berkelanjutan. Teori ini menarik karena
menyoroti peranan system distribusi pendapatan dalam proses inflasi dan
menyarankan hubungan antara inflasi dan factor-faktor non-ekonomis. (Boediono, 1998:159)
3. Teori
Strukturalis
Teori
strukturalis adalah tori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab
inflasi yang berasal dari kekuatan struktur ekonomi, khususnya kebutuhan bahan
makanan dan barang ekspor. Karena sebab-sebab structural pertambahan produksi
barang-barang ini terlau lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya,
sehingga menaikkan bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya,
adalah kenaikan harga-harga lain, sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini
tidak dapat teratasi hanya dengan cara yang biasa , tetapi harus dengan
pembangunan sektor bahan makanan dan ekspor. (Boediono, 1998:159)
D. Dampak
Inflasi
1.
Dampak terhadap distribusi pendapatan
dan kekayaan
Distribusional
utama dari inflasi berasal dari perbedaan bentuk aktiva dan kewajiban yang
dimiliki oleh masyarakat. Pada saat terjadi inflasi maka suku bunga bank akan
ikut naik dan hal ini akan berdamapak pada pendapatan bunga masyarakat. Hal ini
akan merugikan bank karena nilai uang waktu sebelum inflasi dan setelah inflasi
akan berbeda. Hal ini harus diantisipasi oleh bank sebelum terjad inflasi dan
segera melakukan penyesuaian yaitu dengan memperkirakan. Misalnya suku bunga
3%, apabila diperkirakan harga-harga meningkat 9% per tahun maka suku bunga akan
menjadi 12%. (Samuelson,
Paul A, dan William D. Dord Baus, 1995: 314-315)
2. Pengaruh
pada output dan efisiensi ekonomi
a. Dampak
Pada Perekonomian Secara Makro
Pengaruh
pertama adalah terhadap tingkat output keseluruhan. Inflasi yang tinggi
biasanya berjalan seiring dengan kesempatan kerja output yang tinggi pula.
Peningkatan inflasi muncul pada saat
terjadi investasi yang sangat cepat, dan pekerjaan berlimpah. Inflasi dapat
berhubungan dengan output dan kesempatan kerja yang tinggi ataupun yang rendah. (Samuelson, Paul A, dan William D. Dord
Baus, 1995: 315)
b.
Dampak Pada Perekonomian Secara Mikro
Dampak
secara mikro yaitu terhadap efisiensi ekonomi. Semakin tinggi laju inflasi,
semakin tingg pula distorsi terhadap harga-harga relative. Distorsi terjadi pada
saat harga-harga keluar dari garis relative terhadap biaya dan pemintaan. (Samuelson, Paul A, dan William D. Dord
Baus, 1995: 315-316)
E. Cara
Penaggulangan Inflasi
1. Menekan
laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar
Dengan
pendekatan gradual kebijakan yang ditempuh adalah dengan sedikit pengurangan
laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar. Tindakan ini akan mengurangi laju
peningkatan harga, tetapi juga akan menambah tingkat pengangguran. (M. Suparmoko, 1991: 199)
2. Mengurangi
jumlah uang yang beredar
Cara
penaggulangan inflasi yang kedua yaitu dengan pendekatan secara drastic dengan
mengurangi jumlah uang yang beredar. Pengambil kebijakan berusaha menghilangkan
inflasi secara cepat. Dengan mengurangi jumlah uang yang beredar akan
menciptakan suatu resesi yang hebat dan inflasi akan menurun sedikit saja. Hal
ini terjadi karena penurunan kesempatan kerja yang drastic yang membarengi
turunnya laju inflasi, justru akan menyebabkan tingkat upah meningkat. Dengan
bertambahnya tingkat pengangguran, maka upah untuk golongan pekerja yang
memiliki keahlian khusus akan semakin tinggi harganya. (M. Suparmoko, 1991: 199)
Pedekatan
ini akan mendorong turunnya tingkat inflasi sehinga jumlah produksi nasional
dan tingkat kesempatan tingkat kerja menjadi pulih pada tingkat kesempatan
kerja penuh. (M. Suparmoko,
1991: 199)
3.
Kebijakan penghasilan (income policy)
Kebijakan
penghasilan adalah kebijakan yang mencoba megurangi kenaikan tingkat upah
secara epat. Penekanan tingkat upah secara cepat baik dengan perundang-undangan
atau dengan himbauan (persuasion). Misalnya pemerintah dapat mengadakan
pengawasan upah dan pengawasan harga (wage and price control), atau pemerintah
dapat menghimbau para pimpinan organisasi buruh tersebut. Hanya saja ada
bahayanya, apabila kebijakan itu dilaksanakan terlalu lama, sehingga akan
terjadi suatu alokasi yang salah dari factor-fktor produksi. (M. Suparmoko, 1991: 200)
4.
Kebijakan Insenif Perpajakan (Tax Incentive Plan)
Pemerintah
akan mengenakan pajak tambahan terhadap perusahaan-perusahaan yang menaikkan
tingkat upah, dan justru mengurangi pajak terhadap perusahaan yang tidak
melakukan kenaikan tingkat upah. Cara ini dapat diterima oleh Negara-negara
maju, tetapi untuk Negara berkembang belum bisa melakukannya. Hal ini
disebabkan tingkat upah di negara-negara berkembang masih sangat rendah dan sangat tertinggal
dengan kenaikan harga barang.
(M. Suparmoko, 1991: 200)
Untuk berhasilnya kebijakan penghasilan dan insentif
perpajakan guna menaggulangi inflasi, sebaiknya harus ditempuh pula dengan kebijakan
yamg menekan permintaan agregat. Sebagai contoh pada tahun 1968 telah ditempuh
kebijakan pengehamatan melalui anggaran belanja pemerintah, hanya
pengeluaran-pengeluaran yang perlu saja yang boleh dilaksanakan. Dengan cara
ini kebutuhan uang tunai untuk transaksi akan berkurang dan akan membantu
menekan kenaikan harga pada umumnya. (M. Suparmoko,1991: 200)
|
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Inflasi adalah kecenderungan dari tingkat harga
untuk naik secara umum dan terus menerus. Bukan hanya satu atau dua barang saja
yang naik, melainkan harga dari sebagian besar barang dan jasa, kenaikan bukan
hanya satu kali saja tetapi secara terus menerus.
Inflasi dibagi menjadi beberapa macam yaitu berdasarkan
laju Inflasi (inflasi ringan, inflasi sedang, inflasi berat, dan hiperinflasi),
berdasarkan penyebabnya (inflasi permintaan dan inflasi penawaran), berdasarkan
asalnya (inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari
luar negeri).
Untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya inflasi,
merumuskan inflasi kemudian melaksanakan kebijaksanaan untuk menaggulangi
inflasi yaitu dengan mempertimbangkan
beberapa teori yaitu teori kuantitas, teori keynes, teori strukturalis.
Inflasi berdampak pada perekonomian. Dampak yang
pertama, yaitu dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan. Dampak yang
kedua yaitu pengaruh pada output dan efisiensi ekonomi, meliputi dampak perekonomian
secara makro maupun dampak pada perekonomian secara mikro.
Untuk menanggulangi inflasi ada beberapa cara yang
dapat ditempuh oleh pemerintah yaitu dengan menekan laju pertumbuhan jumlah
uang yang beredar, mengurangi jumlah uang yang beredar, kebijakan penghasilan (income policy), dan kebijakan insenif
perpajakan (tax incentive plan).
|
B.
|
Inflasi yang paling mungkin terjadi di Indonesia
adalah inflasi yang berasal dari luar negeri. Hal ini disebabkan Indonesia banyak mengimpor barang
dan jasa dari luar negeri. Dalam menangani laju inflasi pemerintah seharusnya
menetapkan kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneterDengan begitu laju
pertumbuhan inflasi di Indonesia dapat dikendalikan.
|
Boediono, 1998, Ekonomi
Makro, BPFE, Yogyakarta.
M. Suparmoko, 1991, Pengantar
Ekonomi Makro, BPFE, Yogyakarta.
Samuelson, Paul A, dan
William D. Dord Baus, 1995, Makro Ekonomi,
Erlangga, Jakarta.
|
Salah satu cara untuk mengurangi pajak bagi perusahaan yang bergerak di bidang ekpor-import adalah dengan mendirikan perusahaan offshore di negara Tax Haven (Cayman, BVI, Belize, Seychelles, Brunei). Hal ini akan mengurangi pajak yang harus anda bayarkan karena tidak semua profit dibawa kembali ke Indonesia, namun sebagian disimpan di offshore account perusahaan offshore anda.
AntwoordVee uitUntuk Informasi lebih lengkap dan konsultasi gratis kunjungi.
www.jakartaoffshore.blogspot.com
Best Hotel Casinos & Resorts in San Francisco
AntwoordVee uitThe Casino · 하남 출장안마 Harrah's Cherokee Valley 창원 출장안마 River 춘천 출장안마 Casino · 동두천 출장샵 Harrah's Cherokee Valley River Casino & Hotel · 충청남도 출장마사지 Harrah's Cherokee Valley River Casino & Hotel · Caesars